Pages

Jumat, 05 Agustus 2011

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN TENTANG PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN TENTANG
PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA
Oleh :
Malalina (20102512008)
Febrina Bidasari (20102512018)
Mahasiswa Program Pendidikan Matematika
Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya

A. Definisi Alam Semesta
Menurut kamus bahasa Indonesia, semesta adalah seluruh; segenap; semuanya: semua yang ada di alam sedangkan alam adalah segala yang ada di langit dan di bumi (spt bumi, bintang, kekuatan). Alam semesta atau jagat raya adalah suatu ruangan yang maha besar yang didalamnya terdapat kehidupan yang biotik dan abiotik, serta didalamnya terjadi segala peristiwa alam baik yang dapat diungkapkan manusia maupun yang tidak dapat diungkapakan.

B. Pandangan Tentang Pembentukan Alam Raya dari Berbagai Peradaban
1. Menurut Pandangan Bangsa Mesir Purba
Mereka percaya bahwa alam raya ini dikuasai  dikuasai Dewi Langit Nut yang tubuhnya bertaburan bintang, memayungi alam raya sambil menopang langit agar tidak runtuh menekan bumi. Setiap malam Dia menelan
matahari dan memuntahkannya di pagi hari. Di antara pagi dan malam hari matahari berlayar di langit dengan menggunakan perahu. Selain dewi Nut di bawahnya berkuasa Dewa Udara Syu, di bawah lagi ada Dewa bumi Geb.

2. Menurut Pandangan Bangsa Babilonia
Menurut pandangan bangsa Babilonia, mereka percaya bahwa bumi merupakan pusat alam semesta dan mereka beranggapan bumi sebagai suatu gunung yang berongga di bawahnya dan ditopang oleh suatu samudera. Angkasa melengkung di atas bumi, berdiri tegak di antara perairan bawah dan perairan atas samudra, yang kadang-kadang turun ke bumi berupa hujan.

3. Menurut Pandangan Bangsa Eropa Tercantum Pada Perjanjian Lama Kitab Genesis

Sewaktu ilmu pengetahuan modern mulai berkembang setelah Eropa kembali ke zaman Kabangkitan pada abad ke 17, pandangan orang mengenai asal usul kehidupan dibentuk oleah ajaran yang tercantum dalam Perjanjian Lama pada Kitab Genesis. Dalam kitab ini memuat ajaran tentang bumi yang mirip dengan pandangan orang Babilonia. Bedanya bahwa di atas angkasa di langit ada suatu tempat yang disebut Surga yaitu tempat Tuhan Yang Maha Esa bertakhta, sedangkan dibawah bumi terdapat suatu tempat yang disebut Neraka  (Konsep Bumi berdasarkan kitab kejadian).

4. Menurut Pandangan Bangsa Yunani Kuno
Sebagian besar bangsa Yunani Kuno percaya bahwa bumi adalah pusat alam raya. Pada sekitar tahun 140 M muncul teori Ptolemaios tentang sistem tata surya di alam semesta yang didasari oleh konsep geosentrisme (bumi tetap pada tempatnya sedangkan bulan, merkurius, venus matahari, saturnus dan yupiter mengelilingi bumi dalam gerakan  yang melingkar). Sebelum abad ke-18 muncul teori Heliosentrisme yang dikemukakan oleh Copernicus, yaitu matahari sebagai pusat tata surya yang dikelilingi oleh enam planet yang ketika itu baru diketahui yaitu merkurius, venus, bumi, mars, yupiter dan saturnus. Menurutnya ke enam planet tersebut mengitari matahari melewati lintasan berbentuk lingkaran. Terakhir berdasarkan hasil penelitian Johannes Kepler memperkuat teori Heliosentrisme dengan mengubah bentuk lintasan planet dari lingkaran menjadi elips.
Dengan majunya teknologi pembuatan teleskop, pada abad ke-18 astronom Inggris Sir William Herschel dapat melihat bentuk gugus bintang Bima Sakti serta mengamati bentuk-bentuk menyerupai awan yang terang di angkasa yang dinamakan Nebula. Pada tahun 1981 astronom Amerika Serikat Edwin Powell Hubble menyatakan bahwa Nebula yang diamati oleh Herschel  adalah galaksi juga yang letaknya lebih jauh dari galaksi Bima Sakti.
Sedangkan sebagian lagi mengira bahwa langit itu sangat dekat dengan bumi, dan bumi sangat kecil dibandingkan dengan langit. Mereka mengira bumi diatur oleh Dewa, seperti Dewa Helios (Dewa Matahari) dan Dewa Zeus (Dewa Hujan dan Guntur).

5. Menurut Aristoteles
Seorang filsafat yang hidup sekitar 300 SM yang menerangkan bahwa peredaran Bulan, Venus, Mars dan planet-planet lain. Aristoteles berpendapat bahwa Matahari, planet dan bintang-bintang semua beredar mengelilingi Bumi.

6. Menurut Ptolomeus

Seorang ahli filsafat bangsa Yunani yang hidup 100 tahun setelah Aristoteles Ptolomeus sampan menyusun teori baru mengenai cakrawala yang juga disebut Kosmos. Teorinya : benda-benda langit itu semua mengelilingi bumi. Teori ini disebut teori Geo Sentris.

7. Menurut Copernicus

Lahir di Toum-Polandia (1473-1543) anak seorang Uskup Katolik. Teorinya bahwa hanya bulan saja yang betul-betul mengelilingi bumi, sedangkan planet-planet lain tidak, tetapi semuanya mengelilingi Matahari.

8. Menurut Galileo Galilei
Hidup pada zaman setelah ditemukan Teleskop, tanggal 7 Januari 1610 dengan menggunakan teleskop menemukan Jupiter. Bukan hanya sebuah titik cahaya kecil, melainkan berupa sebuah bola besar dengan empat buah pengiringnya, dia juga membenarkan teori Copernicus.

9. Pandangan Masyarakat Modern

Dahulu ilmu yang mempelajari tentang asal-usul alam semesta disebut Kosmogoni, sekarang oleh para ahli astronomi modern, kosmogoni yang mempelajari asal-usul dan evolusi alam semesta diperluas meliputi isi alam semesta dan organisasinya.
Melalui Kosmologi yang telah maju, dikemukakan teori-teori terjadinya alam semesta, dimana teori-teori itu dapat dikelompokkan menjadi tiga teori utama. Tahun 1940 diterangkan terjadinya alam semesta telah menggunakan asas yang sama bahwa alam semesta memuai.

C. Teori-Teori Tentang Pembentukan Alam Raya
1. Teori Kabut
Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuwan yaitu Imanuel Kant (1724-1804) seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon LaPlace (1749-1827) ahli astronomi bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan LaPlace mengemukakan pada tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothesis.
Menurut Kant, pada awalnya alam raya merupakan gumpalan kabut (nebula) yang mengandung debu dan gas (gas helium dan hydrogen). Kabut bergerak dan berputar dengan kecepatan yang sangat lambat sehingga lama kelamaan suhunya menurun dan massanya terkonsentrasi. Kemudian perputarannya menjadi lebih cepat sehingga membentuk sebuah cakram dengan massa terpusat di tengah-tengah cakram.
Perputaran yang semakin cepat menyebabkan terbentuk cincin atau gelang-gelang gas yang memisahkan diri dari bagian luar cakram sehingga terbentuk suatu cakram yang mengandung sedikit kabut di bagian tengah dan beberapa lapis cincin di sekelilingnya.
Cincin-cincin kemudian memadat dan membeku sehingga terbentuk planet-planet, sedangkan massa pada bagian pusat membeku membentuk matahari.
Menurut LaPlace, tata surya berasal dari kabut panas yang berpilin membentuk bola besar. Kemudian terjadi proses pendinginan dan pengkerutan sehingga bola mengecil membentuk cakram yang berputar makin cepat. Selanjutnya sebagian massa gas pada bagian luar cakram menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk cincin-cincin.
Pada akhir abad ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clerk-Maxwell yang memberikan kesimpulan bahwa, bila bahan pembentuk planet terdistribusi di sekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya yang disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin LaPlace, menunjukkan bahwa medan magnet dan medan listrik matahari telah merusak proses pembekuan batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa cincin gas dapat membeku membentuk planet.

2. Teori Bintang Kembar
Menurut teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang berdekatan (bintang kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan berkeping-keping. Akibat pengaruh gravitasi dari  bintang kedua, maka keping-keping ini bergerak mengelilingi bintang tersebut dan berubah menjadi plnet-planet. Sedangkan bintang yang tidak  meledak adalah matahari. Teori ini mempunyai kelemahan karena berdasarkan analisis  matematis yang dilakukan oleh para ahli menunjukan bahwa momentum anguler dalam sistem tatasurya yang ada sekarang ini tidak mugkin dihasilkan oleh peristiwa tabrakan dua buah bintang.

3. Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)

Menurut pandangan kaum materialis pada abad ke-23 yang disebut ”model alam semesta yang  statis”, yaitu alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir. Pandangan ini menyangkal adanya Sang Pencipta, dengan menyatakan bahwa alam semesta ini adalah kumpulan materi yang kostan, stabil, dan tidak berubah-ubah. Namun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ke-20 menghancurkan konsep-konsep primitif seperti model-model alam yang stasis.
Pada awal abad ke-21 melalui sejumlah percobaan, pengamatan, dan perhitungan, fisika modern telah mencapai kesimpulan bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai  hasil dari suatu ledakan raksasa yang terjadi dalam sekejap. Peristiwa ini dikenal dengan Ledakan Maha Dahsyat ”Big Bang”, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Pada awalnya alam semesta ini berupa satu massa mahapadat. Massa mahapadat ini dapat dianggap satu atom mahapadat dengan ukuran maha kecil yang kemudian mengalami  reaksi radioaktif dan akhirnya menghasilkan ledakan maha dahsyat. Kalangan ilmuwan  modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan  yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.

D. Pembentukan Alam Semesta Menurut Pandangan Islam
Menurut Dr. T. Djamaluddin, pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Qur’an atau kitab lainnya. Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut :
1.  Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan sambil memutar dan memadat membentuk hidrogen tersebut (gambar 1a), Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b dan 1c). Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi (gambar 1d).

2. Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan

Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”.Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh (gambar 2).
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.

3. Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi
Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.

4. Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.

5. Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet

Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya. Semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.


6. Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia

Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah.     Setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.

0 komentar:

Posting Komentar