Pages

Jumat, 05 Agustus 2011

Aksiologi Pengetahuan

AKSIOLOGI PENGETAHUAN

Oleh :
Malalina (20102512008)
Febrina Bidasari (20102512018)
Mahasiswa Program Pendidikan Matematika
Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya
A. Definisi Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau teori nilai.
Menurut Suriasumantri (1987:234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono aksiologi
adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Jadi aksiologi adalah suatu teori tentang nilai yang berkaitan dengan bagaimana suatu ilmu digunakan (manfaat).

B. Nilai Kegunaan Ilmu
Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika dimana makna etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnya.
Runes (dalam Sadulloh, 2003:38) mengemukakan beberapa persoalan tentang nilai yang mencakup: hakikat nilai, tipe nilai, kriteria nilai, status metafisika nilai.

1. Hakikat Nilai
Ada beberapa teori yang berbicara tentang hakikat nilai antara lain:
a.  Teori voluntarisme mengatakan nilai adalah suatu pemuasan terhadap keinginan atau kemauan.
b. Teori hedonisme beranggapan bahwa hakikat nilai adalah kesenangan atau “pleasure” karena semua kegiatan manusia terarah pada kesenangan.
c. Teori formalisme menyatakan nilai adalah kemauan yang bijaksana yang didasarkan pada akal rasional. Berdasarkan teori ini nilai itu berari sudah berdasarkan pertimbangan baik dan buruknya.
d. Teori pragmatisme menyatakan bahwa nilai itu baik apabila memenuhi kebutuhan dan memiliki nilai instrumental yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Jadi, nilai adalah sesuatu yang berharga yang diidamkan setiap insan jika memiliki kegunaan atau manfaat bagi kehidupan manusia. Dengan demikian bila nilai dihubungkan dengan ilmu, maka ilmu dapat dikatakan bernilai karena menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya kebenarannya, objektif yang terkaji secara kritik.

2. Tipe Nilai
Tipe nilai yaitu nilai intrinsik yaitu suatu nilai akhir yang menjadi tujuan yang memiliki harkat atau harga dalam dirinya dan Nilai instrumental adalah sebagai alat untuk mencapai nilai akhir.

3. Kriteria Nilai
Sesuatu yang menjadi ukuran dari nilai tersebut, bisa berupa nilai yang baik atau nilai yang buruk. Bagi kaum hedonisme mereka menemukan ukuran nilai dalam sejumlah kesenangan, sementara bagi kaum pragmatis menemukan ukuran nilai dari “kegunaannya” dalam kehidupan baik individu maupun masyarakat. Kriteria nilai itu dikatakan baik jika memiliki kegunaan atau manfaat dalam kehidupan manusia begitu pun sebaliknya.

4. Status Metafisika Nilai

Status metafisika nilai adalah bagaimana hubungan nilai-nilai tersebut dengan realitas. Menurut Runes (dalam Sadulloh, 2003: 38) mengemukakan tiga jawabannya, yaitu subjektivisme adalah nilai itu berdiri sendiri, namun bergantung dan berhubungan dengan pengalaman manusia. Secara objektivisme logis, nilai itu sesuatu wujud, suatu kehidupan yang logis, tidak terkait pada kehidupan yang dikenalnya. Secara objektivisme metafisika, nilai adalah sesuatu yang lengkap, objektif, dan merupakan bagian aktif dari realitas metafisik.

5. Karakteristik Nilai
Nilai objektif dan subjektif. Suatu nilai dikatakan objektif apabila nilai tersebut memiliki kebenarannya tanpa memperhatikan pemilihan dan penilaian manusia. Nilai subjektif apabila nilai tersebut memiliki preferensi abadi, dikatakan baik karena dinilai seseorang.
Nilai absolut dan berubah. Nilai dikatakan absolut atau abadi apabila nilai yang berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta absah sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapa pun tanpa memperhatikan ras dan kelas social.

6. Tingkatan Nilai
Beberapa pandangan yang berkaitan dengan tingkatan nilai.
- Kaum idealis menyatakan nilai spiritual merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari material.
- Kaum realis menyatakan nilai rasional dan empiris berada pada tingkatan atas.
- Kaum pragmatis menyatakan tidak ada kepastian dalam tingkatan nilai, karena menurut kaum ini apabila bisa memuaskan kebutuhan yang penting dan memiliki nilai instrumental maka hal tersebut berada pada tingkat atas.

7. Jenis-Jenis Nilai

Aksiologi dalam cabang filsafat (jenis-jenis nilai) dibedakan menjadi etika dan estetika.
Etika
Istilah etika berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah lain etika disebut dengan moral (Yunani) yang berarti kebiasaan. Menurut Salam (2000:6) mengemukakan bahwa etika itu mempelajari tentang pola tingkah laku manusia yang dinilai baik dan buruk. Menurut Sudarsono (2001:188) etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami manusia. Nilai-nilai luhur dalam etika  yang bersifat universal antar lain kejujuran, kebaikan, kebenaran, rasa malu, kesucian diri, kasih sayang, hemat dan sederhana.
Estetika
estetis atau keindahan adalah sesuatu yang dapat menyenangkan mata si pengamat dengan pertimbangan karya sebagai objek estetik dan subjek yang mengamati serta dengan tolak ukur fungsi efisiensi yang memberi kepuasan dan berharga untuk dirinya sendiri. Dengan demikian kesenangan tersebut mengarah kepada kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar