Pages

Jumat, 05 Agustus 2011

Dasar-Dasar Pengetahuan

DASAR-DASAR PENGETAHUAN
Oleh :
Malalina (20102512008)
Febrina Bidasari (20102512018)
Mahasiswa Program Pendidikan Matematika
Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya

A. Pengetahuan
Pengetahuan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui manusia. Pengetahuan dikembangkan manusia karena dua hal utama yaitu :
(1). Manusia mempunyai bahasa. 
(2). Manusia mampumengembangkan pengetahuannya 
Auguste Comte (1798-1857) membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan yaitu :
1. Religius yang dijadikan postulat ilmiah
2. Metafisika (keberadaan) ujud yang menjadi obyek penelaahan yang terbebas dari dogma religi, dan mengembangkan sistem pengetahuan berdasarkan postulat metafisik tersebut.

3. Pengetahuan ilmiah yaitu asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif.

B. Ilmu Dan Filsafat
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengkoreksi diri, semacam keberanian untuk berterusterang, seberapa jauh sebenarnya yang dicari telah kita jangkau.

C. Hakekat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Ciri-ciri penalaran yaitu :
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. 
2. Sifat analitik dari proses berpikirnya.
Tidak semua kegiatan berpikir mandasarkan diri kepada penalaran, tidak semua kegiatan bepikir bersifat logis dan analitis. Ciri-ciri berpikir menurut berpikir yang bukan berdasarkan penalaran yaitu :
1. “Merasa” merupakan suatu cara penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
2. Intuisi merupakan suatu kegiatan berpikir yang non-analitik yang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu.

D. Logika
Logika adalah suatu penarikan kesimpulan baru yang dianggap sahih (valid) jika proses penarikan kesimpulan itu dilakukan manurut cara tertentu. Dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni :
1. Logika induktif, Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
2. Logika deduktif, Logika deduktif bertolak dari pernyataan yang bersifat umum menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme.
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan  yang benar yaitu :
1. Rasio, kaum rasionalis mengembangkan paham yang kita kenal dengan rasionalisme.
2. Pengalaman, mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut empirisme.

E. Kriteria Kebenaran
Kebenaran adalah suatu pernyataan tanpa ragu. Untuk menentukan kepercayaan dari sesuatu yang dianggap benar, Menurut (Mawardi, Imam. 2008) para filosof bersandar kepada 3 cara untuk menguji kebenaran, yaitu :
1. Teori Korespondensi
Teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut (Suriasumantri, 1990:57).
2. Teori Koherensi
Teori ini menyarakan pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (Jujun, 1990:55).,
3. Teori Pragmatik
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi hidup praktis dalam kehidupan manusia.
Teori koheren dan teori koresponden, kedua-duanya dipergunakan dalam cara berpikir ilmiah. Penalaran teoretis yang berdasarkan logika deduktif jelas mempergunakan teori koheren ini. Sedangkan proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang mendukung suatu pernyataan mempergunakan teori koresponden. Pemikiran ilmiah juga mempergunakan teori kebenaran yang lain, yang disebut teori kebenaran pragmatis.

0 komentar:

Posting Komentar