Pages

Jumat, 15 Juli 2011

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS 
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
Oleh :
Malalina (20102512008)
Febrina Bidasari (20102512018)
Mahasiswa Program Pendidikan Matematika
Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya


1. PENGERTIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)”. CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. (Direktorat, 2010).

Menurut Johnson  (dalam Supinah, 2008) CTL merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Menurut Nurhadi (dalam nurdin, 2009) bahwa ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu:
a.Adanya kerja sama, sharing dengan teman dan saling menunjang
b.Siswa aktif dan kritis, belajar dengan bergairah, menyenangkan dan tidak membosankan, serta guru kreatif
c.Pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber
d.Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa misalnya: peta, gambar, diagaram, dll.
e.Laporan kepada orang tua bukan sekedar rapor akan tetapi hasil karya siswa, laporan praktikum.

Untuk memahami pembelajaran kontekstual maka ada kata kunci dalam pembelajaran kontekstual yaitu:
a.Real world learning, mengutamakan pengalaman nyata;
b.Berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, dan kreatif serta guru mengarahkan;
c.Pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata, serta adanya perubahan perilaku dan pembentukan.
d.Siswa praktek, bukan menghafal, Learning bukan Teaching, pendidikan bukan pengajaran;
e.Memecahkan masalah dan berpikir tingkat tinggi;
f.Hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.

3.KOMPONEN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Menurut Nurhadi (dalam Nurdin, 2009) bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu:
1.Konstruktivisme (Constructivisme)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong, Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

2.Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrempailan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merancang kegiatan yang merujukpada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkanya.

3.Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang bermula dari “bertanya”. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya daalm pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

4.Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari “Sharing” antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu dan yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana adalah anggota masyarakat belajar.

5.Pemodelan (Modelling)
Pemodelan maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa di tiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dlam pembelajaran CTL guru bukan satu-satunya model. Model dapat di rancang dengan melibatkan siswa.

6.Refleksi (Reflection)
Refleksi cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru di pelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakn respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa akan memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang dipelajarinya. Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap ke benak siswa.

7.Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian, bukanlah untuk mencari informasi tenteng belajar siswa. Pembelajaran yang benar sudah seharusnya ditekankan oada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan di tekankan pada diperolehnya sebanyak-banyak mungkin informasi di akhir pembelajaran. Data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang diperoleh siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.

4. CIRI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Menurut Wardani (2004) Pembelajaran matematika yang kontekstual mempunyai beberapa ciri sebagai berikut :
1.Masalah kontektual diajukan untuk diselesaikan oleh siswa pada awal proses pembelajaran
2.Dikembangkannya cara atau alat untuk memperoleh jawaban informal dari masalah. Jawaban informal siswa diistilahkan sebagai matematika informal. Cara, alat itu berfungsi sebagai jembatan antara dunia real dan dunia abstrak.
3.Terjadinya interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa dalam suasana demokratif berkenaan dengan penyelesaian masalah yang diajukan selama proses belajar.
4.Ada keseimbangan antara terjadinya proses matematisasi informal oleh siswa dan matematisasi formal (simbol dan abstrak) yang dimotori oleh guru.
5.Ada kesempatan bagi siswa untuk merefleksi, menginterpretasi hal-hal yang telah dipelajari atau dihasilkan siswa selama proses belajar.
6.Pembelajaran matematika tidak semata-mata memberi penekanan pada komputasi dan mementingkan langkah-langkah prosedural penyelesaian soal namun juga memberikan penekanan pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah

5.KELIBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS

Adapun kelebihan dari pendekatan kontekstual dapat dilihat dari tujuh
komponen utama dari pendekatan kontekstual, yang tidak dimiliki oleh
pendekatan konvensional. Disamping itu pendekatan kontekstual juga suatu
pendekatan dapat membantu guru dalam mengajar untuk membawa siswa ke
dunia nyata, sesuai dengan konteks dan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari.
Dengan demikian, pendekatan kontekstual tentunya sangat membantu siswa untuk
memahami materi yang dipelajarinya.

Kelemahan dari pendekatan kontekstual yang sangat menonjol adalah dari
segi waktu. Untuk menerapkan pendekatan kontekstual pada suatu pembelajaran,
waktu yang dibutuhkan sangat banyak. Sehingga akan berdampak pada tidak
tercapainya alokasi waktu yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Disamping itu,
kelemahan yang dimiliki oleh pendekatan kontekstual tidak dapat diterapkan
untuk semua materi matematika. (http://www.scribd.com/doc/16843527/Bab-II-Refisi).

DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Nanang dan Suhana Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Badung:Refika Aditama.
Nurdin.  April 2009. Implementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. (Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. IX). (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197907122005011-NURDIN/KARYA_ILMIAH_7.pdf diakses tanggal 19 April 2010)
Supinah dan Utanti. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah Matematika di SD. Yogyakarta:PPPPTK Matematika.(http://doc-0k-c0-docs.googleusercontent.com/docs/securesc/ha0ro937gcuc7l7deffksulhg5h7mbp1/f90j6odn8d3k9rtm9n8lrln2jibp96mt/1303646400000/00627525475554596470/*/0BzRhhV7ukFXgYzM2NjNjNWItZTk1Ni00NmI2LWIxZTYtYWQ1NjFhMTVkNGQ5?e=download diakses tanggal 19 April 2010)
Wardhani, Sri. 2004. Pembelajaran Matematika Kontekstual Di SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika. (http://p4tkmatematika.org/downloads/smp/MatKontekstual.pdf diakses tanggal 19 April 2010)
______. 2010. Pembelajaran Kontestual. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (http://www.wineto.smkn1pengasih.net/files/materi/kontekstual.pdf diakses ntanggal 19 April 2011)
______. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah, Pbl, Problem Based Learning. (http://bismillah36.wordpress.com/2010/05/30/pembelajaran-berbasis-masalah/ daikses tanggal : 19 April 2011)
http://www.scribd.com/doc/16843527/bab-ii-refisi

0 komentar:

Posting Komentar